Cari Blog Ini

Tips Menangani Prilaku Buruk Pada Anak-anak

Posted By Dony Dinata

Menghentikan perilaku buruk mungkin termasuk salah satu aspek yang paling sulit dalam mengasuh anak. Kadang orangtua dibuat malu dan terpana saat anak tantrum di tempat umum, agresif dengan teman sebaya ataupun sebaliknya, pemalu dan menempel terus pada orangtua. Bagaimana mengatasinya? Berikut beberapa perilaku buruk yang sering dilakukan anak, dan tindakan bijak apa yang sebaiknya dilakukan oleh kita, sebagai orangtua.

1. Tantrum
Tantrum adalah periode singkat ketika anak berperilaku dengan penuh kemarahan dan tidak beralasan. Mengapa anak memasuki tantrum?
a. Frustasi dalam memburu otonomi (keinginannya untuk menentukan sendiri apa yang diinginkannya).
b. Marah karena keinginannya ditolak.
c.Lelah dan lapar.
d.Ingin diperhatikan.
Apa yang harus dilakukan orangtua?
  • Tetap tenang dan tidak emosi  karena anak tak akan mendengarkan jika dimarahi.
  • Jangan mencoba beragumentasi secara logis dengan anak.
  • Jangan menyerah atas permintaannya.
  • Jangan menyogok.
  • Bila Anda berada di depan publik, abaikan opini publik.
  • Menemukan tempat yang aman dan tenang untuk anak.
  • Meninggalkan tempat publik bila diperlukan.
  • Pegang tangan anak bila ia secara fisik sudah tak dapat mengendalikan diri.
Menghindari tantrum:
  • Hindari pemicu yang jelas.
  • Bila anak tak bisa pergi ke toko mainan saat ini tanpa memasuki tantrum, sebaiknya Anda membeli kado tanpa mengajaknya.
  • Bila anak Anda nakal dan mengacau setiap kali Anda sekeluarga makan di restoran, hindari dulu makan di luar.
  • Bila anak Anda sulit berbagi mainan yang disukainya ketika teman-temannya datang ke rumah, sebaiknya simpan dan singkirkan mainan itu selama teman-temannya datang, dan katakan pada anak untuk meminjamkan mainan lainnya.
  • Bercandalah dengan anak sebisa mungkin saat anak menunjukkan tanda-tanda tantrum.
Konsultasikan ke DSA bila:
  • Kebiasaan tantrum belangsung >10 menit.
  • Usia anak >2,5 th dan memasuki tantrum setiap hari.
  • Usia <2,5 th dan memasuki tantrum 3-4x sehari.
2. Penempel orangtua dan pemalu
Anak pemalu tidak menimbulkan hal-hal bebahaya, tidak mengganggu dan orang lain tidak perlu merasa takut bila berada di sampingnya. Sayangnya, anak semacam itu justru melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri, di saat anak lain saling beinteraksi, dia hanya menjadi pengawas.
Pahami penyebabnya:
  • Takut menghadapi pepisahan dengan orangtua, sehingga dengan menempel, akan membantu anak memasrahkan diri pada orangtua, sebagai selimut pelindungnya.
  • Rasa malu merupakan mekanisme penyesuaian diri yang digunakan anak untuk membantunya menghadapi situasi baru.
  • Stress menyebabkan anak ragu dan oleh sebab itu menjadi malu.
Apa yang harus dilakukan orangtua?
  • Jangan mengecap anak sebagai pemalu karena hanya akan meningkatkan perasaan itu pada anak.
  • Bila mungkin, ajaklah anak Anda ke lingkungan baru terlebih dahulu sebelum masanya.
  • Kenali perasaan anak.
  • Katakan pada anak bahwa Anda memahami perasaannya dan Anda akan bersamanya selama beberapa menit, tetapi kemudian ia harus berjalan-jalan dengan anak-anak lain.
  • Setelah periode penyesuaian diri yang singkat, lepaskan anak Anda dengan hati-hati ke keramaian sosial.
  • Ciptakan rutinitas ucapan selamat tinggal agar anak Anda terbiasa mengerti bahwa sudah saatnya bagi Anda untuk pergi.
3. Mengisap ibu jari, mengupil, menggigit kuku, dan kebiasaan buruk lain
Apa yang harus dilakukan orangtua?
  • Kenali kebiasaan yang ingin Anda hilangkan pada diri anak dan bahaslah bersama tentang alasan kebiasaan itu disebut kebiasaan buruk (mengupil bisa menyebarkan kuman ke tubuh anak dan orang lain, mengisap ibu jari membuat anak bertingkah seperti bayi dan merusak pertumbuhan gigi,dll).
  • Bicarakan bersama tentang pelaksanaan waktu untuk menghilangkan kebiasaan itu (bukan pada saat anak tertekan, seperti awal masuk sekolah).
  • Pertimbangkan untuk membuat tanda peringatan
  • Mengikatkan benang di sekitar ibu jari atau di sekitar jari yang biasa digunakan untuk mengupil dapat mengingatkan anak untuk mengubah kebiasaan.
  • Beri motivasi anak dengan memberikan imbalan bila ia sukses menghilangkan kebiasaan buruknya.
  • Cari alternative kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya.
  • Cari tahu pemicu kebiasaan tsb dan coba hindari.
  • Terkadang tekanan dari teman-temannya menyebabkan anak mau menghilangkan kebiasaan buruknya.
  • Seorang ahli bisa menjadi sekutu terbaik Anda, misalnya dokter atau dokter gigi.
  • Pujilah anak karena berupaya menghentikan kebiasaannya dan tunjukkan pujian yang tulus bagi anak yang akhirnya berhasil menghentikan kebiasaan itu.
4. Agresif: suka menggigit
  • Gunakan kata, “tidak!” dengan nada suara yang tajam, disusul dengan, “Jangan mengigit!” saat Anda atau orang lain digigit.
  • Fokuskan perhatian Anda pada orang yang digigit.
  • Bila anak menggigit untuk mendapatkan perhatian, ia akan melihat bahwa menjadi aggressor bukan cara yang sukses untuk mendapatkan perhatian dari orangtua.
  • Jangan tertawa dan jangan pernah bercerita kepada orang lain tentang betapa lucunya si anak saat menggigit
  • Jauhkan anak yang suka menggigit dari aktivitas. Ingatkan dirinya bahwa ada cara lain untuk mengekspresikan kemarahan atau frustasinya agar keinginannya bisa diketahui orangtua.
  • Sekali anak sudah berhasil ditenangkan, tanyakan apa yang menyebabkannya kesal.
  • Bila menggigit terjadi lebih dari sekali, pertimbangkan situasi yang membuat anak terinspirasi untuk menggigit.
  • Apakah ia stress saat berada di playgroup? Seperti orang lain, ia mungkin ingin agar tekanan yang dialaminya menurun dan tidak mau melanjutkan aktivitas tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar